Pulang

"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka dihati bapakku dibanding ditubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis dihati Mamak dibanding dimatanya."

Sebuah Novel yang bercerita perihal perjalan pulang, melalui aneka macam perjuangan, pertararungan serta pengkhianatan sengit. 

Pulang.

Sejauh apapun kaki melangkah, sepanjang apapun jalanan yang terlampaui, maka satu hal yang akan menjadi tujuan terakhir, satu hal yang amat dirindukan, yakni pulang. Karena segala lelah, pedih dan bahkan rasa sakit bisa terpulihkan dengan pulang.
Adalah Bujang, anak Samad dan Midah. Seorang bocah berusia lima belas tahun yang tumbuh di pedalaman Sumatera. Tak bersekolah, namun sang ibu kerap mengajarinya membaca, berhitung, dan mencar ilmu agama. Meskipun khusus mencar ilmu agama, semua dilakukan dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengatahuan Samad, bapakknya yang telah usang menjauh dari pedoman agama jawaban insiden pedih dimasa lalu.

Suatu hari, Bujang dibawa oleh seseorang yang dipanggil oleh Samad dengan panggilan Tauke Muda untuk kemudian dijadikannya sebagai anak angkat. Tauke Muda yakni pimpinan keluarga Tong, penguasa shadow economy, anak dari Tauke Besar yang sehabis Tauke Besar, ayah nya meninggal maka dialah yang kemudian bergelar sebagai Tauke Besar. Saat cinta Samad dan Midah tak direstui keluarga Midah, Samad memutuskan untuk menjadi kepingan dari keluarga Tong, menjadi tukang pukul dogma keluarga yang menguasai hampir seluruh wilayah kota provinsi. Dan dikala Samad memutuskan untuk berhenti sebagai Tukang pukul dikeluarga tersebut karena merasa telah gagal melindungi keluarga Tong dikala penyerbuan yang  hanya menyisakan Tauke Besar dan anaknya Tauke Muda, maka Samad pun berjanji akan mengirimkan anak laki-lakinya untuk menggantikannya menjadi kepingan dari keluarga Tong. Meski dengan restu Midah yang amat sulit didapat, namun jadinya Midah mengizinkan.

“Mamak akan mengizinkan kamu pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati Mamak. Pergilah, anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kamu akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kamu akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu. Pulang.... 

Maka hari itu, ikutlah Bujang ke kota provinsi bersama Tauke Besar sehabis malam sebelumnya Bujang telah menunjukan bahwa ia yakni bocah lima belas tahun yang sama sekali tidak mempunyai perasaan takut terhadap apapun, termasuk terhadap babi raksasa yang berhasil ia lumpuhkan dikala berburu di hutan bersama Tauke Besar dan rombongan. Semenjak dikala itu, ia menerima julukna Si Babi Hutan.

Kini tibalah Bujang disebuah rumah besar nan glamor disertai banyak bangunan dan ratusan orang didalamnya, yang kebanyakan yakni para tukang pukul dan pelayan. Adalah Basyir, yang usianya lebih renta satu tahu dari Bujang yang menjadi teman pertamanya, yang banyak bercerita kepada Bujang perihal keluarga Tong. Ada dua orang dogma Tauke Besar di rumah itu yaitu Kopong si kepala Tukang Pukul dan Mansur si kepala keuangan yang kemudian digantikan oleh Parwez sehabis ia meninggal.

Suatu hari Bujang dikenalkan dengan Frans si Amerika yang kemudian menjadi gurunya di sekolah, home schooling tepatnya. Meski Bujang mati-matian membujuk Tauke untuk menjadikannya tukang pukul ibarat yang lain, namun Tauke tak pernah mengizinkan. Bujang dipaksa untuk tetap sekolah dan memukuli banyak buku bersama Frans, bukan memukuli orang. Akhirnya Kopong berinisiatif meminta izin kepada Tauke untuk membiarkan Bujang berlatih fisik dengannya. Setelah cukup usang berfikir jadinya Tauke setuju. Maka semenjak dikala itu bertambahlah kesibukan Bujang selain mencar ilmu dengan Frans si Amerika, yakni latihan langgar dengan Kopong, berlatih jurus ninja dengan Guru Bushi dan bahkan berlatih bersama penembak jitu Salonga. Hingga jadinya ia lulus dari universitas ternama di luar negeri dengan dua gelar master sekaligus. Bujang benar-benar tumbuh menjadi cowok yang sangat cerdas dan tangguh. Tentu saja harus ibarat itu, alasannya yakni kelak ia akan menjadi penerus Tauke Besar, pemimpin keluarga penguasa shadow economy yang kini telah sukses melebarkan sayapnya di Ibu Kota.

Tauke Besar amat gembira dengan seluruh prestasi dan kemampuan yang dimiliki anak angkatnya itu. Kini si Babi Hutan telah menjadi orang besar lengan berkuasa yang kerap menuntaskan dilema tingkat tinggi yang dihadapi keluarga Tong, termasuk dikala keluarga Tong harus bermasalah dengan keluarga Lin, penguasa shadow economy di Makau yang telah mencuri salah satu inovasi tercanggih dibidang kesehatan milik keluarga Tong. Melalui keputusan Master Dragon, pimpinan seluruh penguasa shadow economy jadinya terjadilah pertemuan antara si Babi Hutan sebagai perwakilan dari keluarga Tong dengan keluarga Lin. Dengan tangan dinginnya, serta dengan pinjaman cucu kembar kake Bushi Yuki dan Kiko, serta anak dari Frans si Amerika yaitu White jadinya si Babi Hutan berhasil melumpuhkan pimpinan keluarga Lin untuk kemudian merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik keluarga Tong.

Penyerbuan demi penyerbuan, serangan demi serangan, telah dihadapi oleh keluarga Tong. Begitu banyak keluarga Tong yang gugur demi mempertahankan harga diri dan kehormatan keluarga. Serangan tiba dari aneka macam pihak, termasuk dari keluarga sendiri yang selama ini kerap dikhawatirkan. 

Saat usia Tauke Besar semakin senja, dikala ia hanya bisa duduk dan berbaring ditempat tidur. Adalah Basyir si Kepala tukang pukul yang menggantikan Kopong sehabis kematiannya, yang menjadi salah satu orang dogma dikeluarga Tong jadinya menusuk dari belakang. Sebuah pengkhianatan besar jawaban dendam dimasa kemudian yang selama bertahun-tahun disembunyikan. Pertempuran sengitpun pecah, tak bisa dihindari. Terlebih yang melakukannya berasal dari dalam keluarga sendiri. Dengan segenap kemampuannya si Babi Hutan berusaha melawan namun jadinya terdesak. Beruntung, pertahanan di rumah tauke begitu ketat. Hingga dikala terdesak , secara otomatis, hanya dengan sebuah tombol, daerah tidur yang diatasnya terdapat Tauke Besar, Bujang dan Parwez, menghilang menuju lorong yang amat jauh, sampai jadinya bermuara di sebuah pekarang rumah seseoeang, halaman pesantern milik Tuanku Imam, abang dari Midah. Namun sayang, jawaban serangan itu, nyawa Tauke tak tertolong. Kini si Babi Hutan telah kehilangan semua orang yang dikasihinya, Mamak dan Bapaknya beberapa tahun silam dan kini Tauke. Jika selama ini si Babi Hutan sama sekali tidak mempunyai rasa takut, maka selesai hidup tiga orang yang sangat ia cintai dalam hidupnya telah menjadi ketakutan yang amat besar baginya.

Kini hanya Agam, nama orisinil dari Bujang si Babi Hutan dan Parwezlah yang tersisa. Sementara waktu mereka tinggal disana sembari Bujang menyusun rencana. Meski awalnya Bujang hampir mengalah namun berkat nasehat dari Tuanku Imam, Bujang bangun kembali. Dan berkat Tuanku Imam juga lah Bujang jadinya kembali pulang, kembali percaya pada Tuhan. 

"Sungguh, sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang." 
  
Berkat dogma itulah Bujang memutuskan untuk melawan Basyir. Dia menghubungi White, Yuki, Kiko serta Salonga. Dan pada jadinya hanya kesetiaanlah yang bisa memanggil mereka kembali.

"Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya." 

Akhirnya sehabis melalui pertempuran yang amat sengit, jadinya Bujang bisa merebut kembali kekuasaannya dan berhasil mengalahkan Basyir.
Setelah pertempuran itu, ia pulang ke kampung halaman halaman, ia pulang menemui Bapak dan Mamaknya yang telah terkubur bersama dengan kenangan di pedalaman Sumatera.

"Hidup ini yakni perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tau, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tau, kapan hidup akan mebanting kita dalam sekali, menciptakan terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu - dua keputusan itu menciptakan bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan..."

Download Ebook DI SINI

0 Response to "Pulang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel